Cerpen
Buku Diary
L
|
iburan kemarin aku
sekeluarga mengantarkan Nenek dan Kakek pindah ke rumah baru mereka. Rumah baru
Kakek sangat besar dan luas. Sesampainya di sana aku istirahat sejenak untuk
melepas lelah karena perjalanan yang jauh dari Bekasi ke Ciamis.
Ini hari
pertamaku liburan dirumah baru Kakek, sebetulnya aku ada janji dengan sepupuku
Rosi. Tetapi aku terpaksa membantu Kakek membersihkan gudang. Gudang Kakek
lembab dan bau. Ketika Kakek menyalakan lampu gudang, terlihat seekor tikus
keluar dari persembunyiannya. Aku jadii jijik.
“Citra kenapa mukamu
pucat begitu?” Tanya kakek padaku.
“Tidak, Kek, Citra
tidak apa-apa,” jawabku bohong, sambil menahan bau.
Aku
mulai membuka kardus yang sudah berlubang dan basah. Buku-buku yang ada di
dalamnya aku keluarkan satu persatu. Kakek keluar dari gudang untuk mencari dus
baru. Tiba-tiba aku melihat sebuah diary di dalam dus itu. Baru saja aku akan
membuka diary itu, tiba-tiba kakek datang lagi.
Aku
lalu sibuk membantu Kakek memindahkan barang-barang ke kardus yang baru.
Setelah selesai, aku membawa diary temuanku ke kamar.
Sorenya,
Ayah, Ibu, Kakek dan Nenek pergi ke pesta pernikahan tetangga. Di rumah tinggal
aku sendiri. Karena iseng, aku lalu mulai membaca diary temuanku.
26 Maret
Saat
pelajaran olah raga, aku
tiba-tiba mimisan dan
pingsan. Pak
guru olah raga menelepon
Ayah dan
Ibuku. Aku lalu di bawa ke dokter
untuk diperiksa.
29 April
Ternyata
aku menderita penyakit
leukemia Kanker darah. Kata dokter,
kemungkinan sembuhku
tinggal 50%.
Mendengar itu, aku jadi
sedih. Tapi
Ayah dan Ibu bilang,
akubisa sembuh
bila ada yang
mendonorkan sumsum
tulang belakang. Ayah
dan Ibu lalu
diperiksa, untuk
mengetahui apakah
sumsum tulang belakang
mereka bisa
cocok untukku.
Saat itu
aku baru tahu, kalau
aku bukan anak kandung Ayah dan
Ibu. Aku hanya anak
angkat yang di
ambil dipanti asuhan,
karena mereka
belum dikaruniai anak.
Tapi aku tidak
sedih, sebab mereka
sangat sayang padaku.
10 Mei
Sejak
masuk rumah sakit, aku
tidak dapat bersekolah
dan bermain de-
ngan teman-teman.
Ternyata
penyakitku membuat
aku kehilangan masa
remajaku. Kare-
na terus menerus
terkena radiasi, ram-
but panjangku mulai
rontok. Aku ha-
nya bisa menangis
pasrah. Ayah dan
Ibuku selalu menghiburku.
15 Agustus
Suatu
hari dokter mengatakan
bahwa pencangkokkan
sumsum tulang
ku berhasil, tinggal
menunggu apa da-
pat tumbuh di dalam
tubuhku.
Seminggu
sudah berlalu, tetapi
penyakitku bertambah
parah. Aku su-
dah tidak kuat. Mungkin
beberapa ha-
ri lagi aku akan
meninggal..
Marsya.
Catatan anak
bernama Marsya berakhir di tanggal itu. Aku jadi penasaran, apakah anak bernama
Marsya itu meninggal? Aku menghapus air mataku yang keluar. Kisah itu begitu menyedihkan.
Malamnya, ketika
Ayah, Ibu, Kakek dan Nenek pulang dari pesta pernikahan, aku bertanya pada
mereka soal diary itu.
“Ini diary siapa? Tadi aku temukan di
gudang waktu membantu Kakek merapikan buku ked us yang baru,” tanyaku pada
Kakek.
Wajah Kakek dan
Nenek berubah menjadi sedih ketika melihat buku itu. Kakek lalu menjelaskan
bahwa pada umur 13 tahun, Marsya
meninggal karena penyakit leukemia. Ia tidak bisa ditolong lagi. Tiga tahun
setelah kepergian Marsya, Nenek mengandung seorang anak laki-laki, yaitu
ayahku.
Esok harinya,
kami semua pergi ke makam Marsya. Atau tepatnya, aku harus memanggilnya Tante
Marsya. Aku meletakkan seikat mawar putih di atas kuburan Tante Marsya. Di
dalam hati aku berterima kasih padanya. Karena setelah membaca diarynya, aku
merasa beruntung mempunyai orang tua yang baik. Aku juga bersyukur karena bisa
menikmati masa remajaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar