Rabu, 20 Maret 2013

Contoh Cerpen


Cerpen
Buku Diary

L
iburan kemarin aku sekeluarga mengantarkan Nenek dan Kakek pindah ke rumah baru mereka. Rumah baru Kakek sangat besar dan luas. Sesampainya di sana aku istirahat sejenak untuk melepas lelah karena perjalanan yang jauh dari Bekasi ke Ciamis.

Ini hari pertamaku liburan dirumah baru Kakek, sebetulnya aku ada janji dengan sepupuku Rosi. Tetapi aku terpaksa membantu Kakek membersihkan gudang. Gudang Kakek lembab dan bau. Ketika Kakek menyalakan lampu gudang, terlihat seekor tikus keluar dari persembunyiannya. Aku  jadii jijik.

“Citra kenapa mukamu pucat begitu?” Tanya kakek padaku.

“Tidak, Kek, Citra tidak apa-apa,” jawabku bohong, sambil menahan bau.

Aku mulai membuka kardus yang sudah berlubang dan basah. Buku-buku yang ada di dalamnya aku keluarkan satu persatu. Kakek keluar dari gudang untuk mencari dus baru. Tiba-tiba aku melihat sebuah diary di dalam dus itu. Baru saja aku akan membuka diary itu, tiba-tiba kakek datang lagi.

Aku lalu sibuk membantu Kakek memindahkan barang-barang ke kardus yang baru. Setelah selesai, aku membawa diary temuanku ke kamar.

Sorenya, Ayah, Ibu, Kakek dan Nenek pergi ke pesta pernikahan tetangga. Di rumah tinggal aku sendiri. Karena iseng, aku lalu mulai membaca diary temuanku.

26 Maret
Saat pelajaran olah raga, aku
tiba-tiba mimisan dan pingsan. Pak
guru olah raga menelepon Ayah dan
 Ibuku. Aku lalu di  bawa ke dokter
untuk diperiksa.

29 April
Ternyata aku menderita penyakit
 leukemia Kanker darah. Kata dokter,
kemungkinan sembuhku tinggal 50%.
Mendengar itu, aku jadi sedih. Tapi
Ayah dan Ibu bilang, akubisa sembuh
bila ada yang mendonorkan sumsum
tulang belakang. Ayah dan Ibu lalu
diperiksa, untuk mengetahui apakah
sumsum tulang belakang mereka bisa
cocok  untukku.
Saat itu aku baru tahu, kalau
 aku bukan anak kandung Ayah dan
Ibu. Aku hanya anak angkat yang di
ambil dipanti asuhan, karena mereka
belum dikaruniai anak. Tapi aku tidak
sedih, sebab mereka sangat sayang padaku.

10 Mei
Sejak masuk rumah sakit, aku
tidak dapat bersekolah dan bermain de-
ngan teman-teman.
Ternyata penyakitku membuat
aku kehilangan masa remajaku. Kare-
na terus menerus terkena radiasi, ram-
but panjangku mulai rontok. Aku ha-
nya bisa menangis pasrah. Ayah dan
Ibuku  selalu menghiburku.

15 Agustus
Suatu hari dokter mengatakan
bahwa pencangkokkan sumsum tulang
ku berhasil, tinggal menunggu apa da-
pat tumbuh di dalam tubuhku.
Seminggu sudah berlalu, tetapi
penyakitku bertambah parah. Aku su-
dah tidak kuat. Mungkin beberapa ha-
ri lagi aku akan meninggal..

Marsya.

Catatan anak bernama Marsya berakhir di tanggal itu. Aku jadi penasaran, apakah anak bernama Marsya itu meninggal? Aku menghapus air mataku yang keluar. Kisah itu begitu menyedihkan.
Malamnya, ketika Ayah, Ibu, Kakek dan Nenek pulang dari pesta pernikahan, aku bertanya pada mereka soal diary itu.

“Ini diary siapa? Tadi aku temukan di gudang waktu membantu Kakek merapikan buku ked us yang baru,” tanyaku pada Kakek.

Wajah Kakek dan Nenek berubah menjadi sedih ketika melihat buku itu. Kakek lalu menjelaskan bahwa pada umur  13 tahun, Marsya meninggal karena penyakit leukemia. Ia tidak bisa ditolong lagi. Tiga tahun setelah kepergian Marsya, Nenek mengandung seorang anak laki-laki, yaitu ayahku.

Esok harinya, kami semua pergi ke makam Marsya. Atau tepatnya, aku harus memanggilnya Tante Marsya. Aku meletakkan seikat mawar putih di atas kuburan Tante Marsya. Di dalam hati aku berterima kasih padanya. Karena setelah membaca diarynya, aku merasa beruntung mempunyai orang tua yang baik. Aku juga bersyukur karena bisa menikmati masa remajaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar